26 November 2008

Miskin Syukur

Pagi hari masih bisa beli nasi uduk, lengkap dengan bihun, tempe goreng atau semur jengkol sebenarnya sudah bagus. Tetapi kerap mulut berbicara lain, "Nasi uduk melulu, nggak ada makanan lain?" Akhirnya sampai sore sepiring nasi uduk itu tak disentuh sama sekali.

Sudah sepuluh tahun bekerja dan punya penghasilan tetap saja mengeluh, “Kerja begini-begini saja, nggak ada perubahan, gaji sebulan habis seminggu…” Belum lagi ‘nyanyian’ isteri di rumah, “cari kerja tambahan dong pak, biar hidup kita nggak susah terus”

Dikaruniai isteri yang shaleh dan baik masih menggerutu, “baik sih, rajin sholat, tapi kurang cantik…” Tidak beda dengan seorang perempuan yang menikah dengan pria bertampang pas-pasan, “Sudah miskin nggak ganteng pula. Masih untung saya mau nikah sama dia…”

Punya kesempatan memiliki rumah meski hanya type kecil dan rumah sangat sederhana tentu lebih baik dari sekian orang yang baru bisa mimpi punya rumah sendiri. Disaat yang lain masih ngontrak dan nomaden, mulut ini berceloteh, “Ya rumah sempit, gerah, sesak. Sebenarnya sih nggak betah, tapi mau dimana lagi?”

Sudah bagus suaminya tidak naik angkot atau bis kota berkali-kali karena memiliki sepeda motor walau keluaran tahun lama. Eh, bisa-bisanya sang isteri berkomentar, “Jual saja pak, saya malu kalau diboncengin pakai motor butut itu”.

Ada lagi yang dikaruniai anak, sudah bagus anaknya terlahir normal, tidak cacat fisik maupun mental. Gara-gara anaknya kurang cantik atau tidak tampan, ia mencari kambing hitam, “Bapak salah milih ibu nih, jadinya wajah kamu nggak karuan begini”. Padahal di waktu yang berbeda, ibunya pun berkata yang hampir mirip, “Maaf ya nak, waktu itu ibu terpaksa menikahi bapakmu. Habis, kasihan dia nggak ada yang naksir”.

Kita, termasuk saya, tanpa disadari sudah menjadi orang-orang miskin. Bukan karena kita tidak memiliki apa-apa, justru sebaliknya kita tengah berlimpah harta dan memiliki sesuatu yang orang lain belum berkesempatan memilikinya. Kita benar-benar miskin meski dalam keadaan kaya raya, karena kita tak pernah bersyukur dengan apa yang dianugerahkan Allah saat ini. Ya, kita ini miskin rasa syukur.

Punya sedikit ingin banyak, boleh. Dapat satu, ingin dua, tidak dilarang. Merasa kurang dan mau lebih, silahkan. Tidak masalah kok kalau merasa kurang, sebab memang demikian sifat manusia, tidak pernah merasa puas. Pertanyaannya, yang sedikit, yang satu, yang kurang itu sudah disyukuri kah?

Pada rasa syukur itulah letak kekayaan sebenarnya. Berangkat dari rasa syukur pula kita merasa kaya, sehingga melahirkan keinginan membagi apa yang dipunya kepada orang lain. Kita miskin karena tidak pernah mensyukuri apa yang ada. Meski dunia berada di genggaman namun kalau tak sedikit pun rasa syukur terukir di hati dan terucap di lisan, selamanya kita miskin.

Coba hitung, duduk di teras rumah sambil sarapan pagi, ditambah secangkir kopi panas yang disediakan isteri shalihah. Sesaat sebelum berangkat ke kantor menggunakan sepeda motor, lambaian tangan si kecil seraya mendoakan, “hati-hati Ayah…”. Subhanallah, ternyata Anda kaya raya! (gaw)

Dari www.warnaislam.com

31 October 2008

Here Comes The Result...

Senin, 27 Oktober 2008, karena sesuatu dan lain hal, saya nggak jadi ke lab untuk cek darah. Jam 11 diajakin temen makan duren, wuah... bodo amat deh tuh penyakit, yang penting dari pagi saya baik-baik aja, nggak pusing-pusing lagi. Nekat aja ikutan pesta duren, padahal jelas jam segitu belum makan siang. Pas makan 1 biji, enak, perut nggak masalah. 2 biji, tambah enak, perut pun ok aja. 3 biji, 4 biji, sampe 6 biji, perut saya nggak kenapa-napa, alhamdulillah. Makan siang pun seperti biasa, nggak bermasalah. Makan malam, nggak masalah, setelah makan, kepala saya nggak pusing-pusing lagi. Alhamdulillah, udah seperti biasa lagi aja, nggak tau kemana itu sakit kepala.
Besoknya, 28 Oktober 2008 (Hari SUmpah Pemuda), pun begitu, alhamdulillah kepala nggak pusing lagi. Jam setengah 11 ke lab, diantar Mas Wawan. Uh, ngeri juga liat jarum, nggak berani liat saya. Hasilnya baru bisa diambil 2 jam kemudian, nitip Mas Wawan. Pas sudah diambil, here comes the result:
Hemoglobin 11,1 (Normal L: 13,0-17,0; P: 12-16), means Hb saya di bawah normal.
Leukosit 7.320 (Normal 4-11 ribu), means Leukosit saya normal.
Trombosit 277.000 (Normal 150-450 ribu), means trombosit saya normal
Hematokrit 32,7 (Normal L: 42-52; P: 37-47), means Hematokrit saya di bawah normal.
Eritrosit 3.780.000 (Normal L: 4,5-6,2 juta; P: 4,0-5,4 juta), means Eritrosit saya di bawah normal.
SEROLOGI
Widal S Typhi O: 1/320
P Typhi A-O : Negatif
P Typhi B-O : 1/320
P Typhi C-O : Negatif
Widal S Typhi H: 1/320
P Typhi A-H : Negatif
P Typhi B-H : Negatif
P Typhi C-H : Negatif
Untuk analisanya, kita tunggu aja apa kata dokter nanti...

27 October 2008

When Will It End...?

Nyambung postingan soal sakit gejala paratyphus, jadi setelah obat-obat bagong itu habis, nafsu makan saya masih bagus, sangat bagus malah. Sampai suatu ketika, waktu itu hari Sabtu, ini mulut serasa tidak mau berhenti mengunyah, karena rasanya perut ini nggak pernah terkenyangkan. Makaaan terus kerjaannya. Sampai-sampai malam harinya perut saya sakit, terus bagian kanan perut saya juga sakit (entah itu ginjal atau malah ulu hati, saya nggak begitu ngerti anatomi tubuh). Saya pikir karena kurang minum air putih, jadi saya minum air putih banyak-banyak. Agak baikan, tapi sedikit, jadi itu sakit masih ada. Anehnya, sore harinya waktu mandi bagian perut ke atas dan kedua tangan terasa sakit. Ah, penyakit apa pula ini. Tapi alhamdulillah, hari minggunya perut saya sudah tidak sakit. Tapi, siangnya rasa pusing kembali melanda kepala saya. Dan, seminggu berikutnya betul-betul penderitaan buat saya, dengan volume pekerjaan tinggi (yeah, meskipun yang sanggup dikerjakan tidak sebanyak yang harus dikerjakan, sampai-sampai sering disindir ama bos, hehe...), ditambah kepala yang selalu nyut-nyutan entah karena apa. Padahal sarapan udah, ngemil jalan terus, tapi kepala ini terus saja sakit. Akhirnya sabtu kemarin, bareng Ibu, ke dokter deket rumah. Tapi dokter nggak berani periksa karena tubuh saya sudah pernah dimasuki obat, resep dari dokter yang pertama. Kemudian dokter merekomendasikan untuk cek darah. Tapi karena lab sudah tutup, terpaksa cek darahnya baru bisa dilakukan hari Senin, means di pekalongan, means hari ini. Yeah, kita tunggu saja...

17 October 2008

Postingan Tanpa Isi

See? Nulis itu nggak gampang. Udah sepuluh hari, tapi baru ada 3 postingan di blog saya ini, itu pun postingan yang pertama nyuplik punya orang. Postingan terakhir ditulis empat hari yang lalu, dan sampai saat ini nggak ada ide mau nulis apaan.
Sebenarnya Senin malam, tanggal 13 Oktober sempet dapet ide mau nulis sesuatu (tentang Paratyphoid. WHAT?! Kaget kan?), tapi ya itu, susah menuangkan ide tersebut dalam tulisan, gimana bisa bikin blog bagus, masih keurus aja udah mendingan, nggak bakalan deh ngimpi blognya sampe dibukukan, dibikin komiknya, apalagi difilmkan, kaya kepunyaan si Dikung itu.
Kembali ke ide nulis Paratyphoid, atau paratyphus, jadi ceritanya begini. Semenjak hari pertama masuk kantor pascalebaran, kepala saya pusing melulu, saya pikir sakit kepala biasa, minumlah obat pusing biasa. Eh, besoknya masih pusing juga, minum obat pusing biasa lagi. Eh, besoknya masih pusing lagi, dihantamlah pake obat masuk angin, ditambah malamnya dikerik biar keluar itu angin merah (merah? emang merah gitu warna angin? iya dong merah, liat aja, orang kalo abis dikerik kan warnanya merah, berarti warna angin itu merah dodol! Tau deh siapa yang dodol). Eh, hari kamis mendingan, alhamdulillah. Tapi, jumat sabtu minggu itu nama-nama hari, eh salah, maksudnya jumat sabtu minggu pusing lagi. Senin pas masuk kantor juga masih pusing juga (temen-temen, jangan ikut pusing ya baca postingan ini, karena kebanyakan kata 'pusing'nya). Akhirnya Senin sore sepulang dari kantor saya ke dokter, ternyata dokter memvonis saya "gejala paratyphus". Menurut dia sih, itu penyakit kaya typhus, cuma suhu badan nggak panas. Dan yang paling menyebalkan tiap ke dokter adalah: MINUM OBAT. Yeah, menyebalkan, kegiatan yang sangat nggak asik! Liat aja nih obatnya segede-gede bagong begini:

OMG...

Tapi kabar baiknya, itu obat bener-bener bikin nafsu makan saya bertambah. Jadi gampang laper gitu. Baguslah, biar gemukan dikit, biar nggak dikomentarin kurus mulu.
Segini dulu ya, kalo sempat nanti disambung lagi, cu all...

13 October 2008

HaPPY BiRTHDaY

Tadinya mau posting Sabtu malam jam 11-an. Tapi koneksi internet di rumah error (lagi). Ya udah, daripada ilang itu inspirasi (pret!), saya ketik dulu deh pake word, trus baru dipindahin di sini. Here it is...

Desember 2005 saya pernah dimintai tolong mantan Kasi saya, Pak Arief, datang ke pesta ultah anaknya, Uci, buat bantu-bantu. Acara diadakan di KFC Pacific Mall Tegal. Waktu itu saya didaulat untuk bagiin balon ke tiap anak yang datang, dan kemudian bagiin kupon makan buat para ortu dari anak-anak yang diundang. Yeah, seru. Namanya juga pesta ultah anak-anak, ya gitu deh, nggak bisa tertib, pada lari kesana kemari.
Setahun berikutnya, pesta ultah Uci diadakan di sekolahnya, TK Al Irsyad Tegal. Kembali saya dapat order, kali ini dimintai tolong untuk memesan birthday cake, sekaligus paket nasi ayam, di dua tempat yang berbeda tentunya. Di pesta ultah Uci tahun 2006 ini ibunya (saya biasa memanggilnya Ummi) nggak bisa ikut ke sekolah tempat pesta diadakan, karena menderita kanker payudara (beliau sudah berpulang 7 Agustus 2007, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan menerima amal ibadahnya, amin..). Yang bikin kesel, ternyata b’day cake-nya terlambat datang, sehingga acara di sekolah waktu itu nggak disertai acara tiup lilin. Akhirnya tiup lilin baru diadakan di rumah, bareng bapak, ibu dan kakaknya, dilanjutkan potong kue dan buka kado.
Bulan Agustus 2007, beberapa hari setelah Ummi meninggal, saya ditelepon Pak Arief, ternyata beliau minta tolong dipesenin b’day cake buat Ficko, kakak Uci, yang ultahnya jatuh pada 25 Agustus. Kali ini nggak dirayakan, hanya sekedar makan pizza, mereka bertiga (Pak Arief, Ficko, dan Uci) bareng saya, Mas Pras, Mas Wawan dan ceweknya waktu itu (kabar terakhir sih katanya udah putus, hehe).


Ficko dan Uci

Bulan Oktober 2008, tanggal 11 jam 16.30 (means kemarin lusa), saya kembali dapat orderan ultah anak-anak, kali ini didaulat sebagai tukang poto, bahasa kerennya ‘fotografer’, oleh seorang teman bernama Mas Fikri. Ini adalah pesta ultah kedua anaknya, Rafi dan Raziq, yang hari ultahnya jatuh pada 8 dan 9 Oktober, dan hanya selisih satu tahun! (yeah…hebat kan?). Seru banget, sayangnya si Rafi masih agak kurang enak badan, jadi mukanya rada jutek gitu deh, kalo si Raziq mah enjoy banget, cakep lagi, hehe.. Overall, semuanya berjalan lancar dan menyenangkan.

Rafi

Raziq ama Tante Andrie, hehe..
Buat temen-temen yang lain, jangan ragu untuk meminta bantuan saya ya kalo anaknya ultah, karena kualitas saya sudah teruji dalam bantu-membantu pesta ultah anak-anak, hehehehe…

11 October 2008

Menulis Itu Sulit

Betul banget, menulis itu sulit. Temen saya, Mbak Melin, mengutip kata-kata seseorang entah siapa (blognya bisa dilihat di links), “saya mewajibkan diri saya untuk menulis, karena saya senang membaca”. Saya senang membaca, tapi sangat sulit ketika disuruh menumpahkan apa yang ada di pikiran dalam bentuk kata-kata. Waktu jaman SMA dulu emang suka nulis, nulis diary. Itu aja nggak tiap hari. Dan kadang bisa sampe satu bulan saya nggak ngisi. Waktu SD saya pernah mencoba bikin cerpen, tapi asal nulis aja, nggak didahului dengan memikirkan konsep ceritanya itu seperti apa, akhirnya yaa.. putus di tengah jalan, nggak sampai selesai. Mungkin itu yang dinamakan beramal tapi tanpa ilmu kali ya. Menurut Raditya Dika, penulis (gokil) favorit saya, modal utama untuk bisa nulis ya membaca, sebanyak-banyaknya, buku apa aja. Saya rasa itu pasti juga mewakili pendapat semua penulis. Gimana bisa nulis kalo nggak suka baca.
Sekitar dua tahunan yang lalu saya pernah mencoba bikin blog, tapi terkendala karena saya nggak pinter menuangkan sesuatu dalam bentuk tulisan. Akhirnya saya delete-lah blog itu. Belakangan temen-temen pada bikin blog, bangkit lagi deh keinginan saya bikin blog. Itu aja saya bingung mau diisi apaan. Akhirnya untuk uji coba saya ambil tulisan yang saya dapet dari temen saya, Novi, yang pastinya dia juga dapet dari temennya lagi, hihi... Thanks Opay...
Awalnya saya pikir ngapain sih orang bikin blog, orang yang namanya diary aja nggak boleh dibaca orang lain, malah ada kan diary yang pake gembok segala, eh ini malah di-online-in, yang pastinya bisa dibaca sama orang lain, sedunia lagi yang baca! Tapi, buat para pembaca setia, kayak Mas Fikri, Mas Wawan, Mbak Susi, de el el, jangan harap saya mau curhat di sini ya, hohohoho...(ketawa setan).
Kembali ke tema awal, emang bener kok, menulis itu sulit, susah, angel!!!
How do u think?

08 October 2008

99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman

Assalamu'alaikum semua...
Kemarin saya dapet email dari seorang teman. Judulnya "99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman". Semoga bermanfaat.

99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat;

02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
11. Jangan tamak kepada harta;
12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
13. Jangan hancur karena kezaliman;
14. Jangan goyah karena fitnah;
15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
19. Jangan sakiti anak yatim;
20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
25. Biasakan shalat malam;
26. Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah;
27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30. Jangan marah berlebih-lebihan;
31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan; 36. Jangan percaya ramalan manusia;
37. Jangan terlampau takut miskin;
38. Hormatilah setiap orang;
39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
45. Perbanyak silaturrahim;
46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
47. Bicaralah secukupnya;
48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
54. Hormatilah kepada guru dan ulama;
55. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
56. Cintai keluarga Nabi saw;
57. Jangan terlalu banyak hutang;
58. Jangan terlampau mudah berjanji;
59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahawa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;
67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan
69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
70. Jangan melukai hati orang lain;
71. Jangan membiasakan berkata dusta;
72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
76. Jangan membuka aib orang lain;
77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara;
82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
85. Hargai prestasi dan pemberian orang;
86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.
88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;
94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan;
99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang

"Sebarkanlah walau satu ayat pun" (Sabda Rasulullah SAW) "Nescaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (Surah Al-Ahzab:71)